Berkah Sedekah Sepotong Singkong Berbuah Haji -
Kisah-kisah tentang sedekah memang sangat menarik untuk disimak, karena hal ini berkenaan dengan ibadah dan nilai sosial. Sedekah memang ajaib, banyak keutamaan besar yang bisa kita dapat darinya. Dari banyak keutamaan tersebut, salah satu keutamaannya adalah, sedekah bisa memberi keberkahan pada harta. Rasulullah SAW bersabda : "Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf, pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya". (HR. Muslim, no. 2588). Contoh keberkahan harta yang disedekahkan terjadi pada kisah nyata dari sedekah di bawah ini. Hanya sedekah singkong kepada anak yatim, berbuah haji 24 tahun kemudian. Bagaimana kisahnya?
Janganlah kita anggap sepele sebuah kebaikan, meskipun kecil, tapi bisa jadi bernilai besar untuk orang lain. Kebaikan yang ikhlas, meski sangat kecil, ternyata dicatat Allah dan dibalas-NYA dengan anugerah yang besar. Rasanya tak mungkin, tapi semua itu nyata terjadi. Kita pun hanya bisa mengagumi kebesaran-NYA untuk itu.
Sebut saja namanya Mr. S. Ia seorang pedagang gorengan di Jakarta. Sebagai pedagang gorengan, kita bisa menebak sendiri berapa penghasilannya. Kalaupun jualannya habis, tetap tidak akan membuatnya bisa membeli mobil, rumah, apalagi apartemen. Kecuali ia memang bisa menabung penghasilannya (berhemat) bertahun-tahun baru bisa mengumpulkannya. Dan kalaupun itu terjadi, mungkin perbandingannya 1:100.
Meski penghasilannya kecil, bagi Mr. S yang sudah mulai berjualan mulai tahun 1980an tetap menjalani profesinya itu dengan ikhlas. Sebab, bukanlah hal mudah untuk bisa bertahan hidup di perkotaan yang sangat ganas dengan gaya dan pola hidupnya. Tak pandai berusaha, bisa-bisa jadi gelandangan dan pengemis.
Suatu kali Mr. S melihat seorang bocah laki-laki mondar mandir di depan gerobaknya dengan pakaian lusuh. Wajahnya sedih dan memelas, seolah ia berharap sesuatu dari Mr. S. Namun Mr. S belum sadar, ia hanya berfikir kalau bocah laki-laki itu sama dengan lelaki kecil lainnya yang sering ia lihat.
Hingga empat hari berturut-turut, sang bocah seringkali terlihat berlalu-lalang di gerobaknya dengan keadaan yang sama ; pakaian lusuh dan wajah memelas. Hal ini pun mengundang tanya pada Mr. S.
Akhirnya, bocah yang sedari jauh kemarin hanya memandangi gerobak Mr. S itupun dipanggilnya. Hari itu Mr. S sengaja menyisakan sepotong singkong goreng butut yang biasanya tak laku dijual. Melihat ada aba-aba dari sang penjual gorengan, bocah itupun segera berlari dan menghampiri gerobak Mr. S, lalu menyambar gorengan yang diberikannya sambil mengucap, "terima kasih Bang", matanya berbinar dan senyumnya terkembang.
Dua puluh empat tahun kemudian, Mr. S masih berjualan gorengan dan mangkal di tempat biasa. Hanya saja, ia kini telah berubah menjadi tua. Bagaimana dengan bocah itu? Entahlah, apakah ia masih hidup, menjadi gelandangan dan pengemis atau malah tumbuh menjadi orang sukses?
Yang jelas, suatu ketika Mr. S kedatangan seorang lelaki gagah di tempat jualannya. Lelaki itu datang dengan sebuah mobil mewah dan berhenti persis di depan gerobaknya. Usai membuka pintu mobilnya, sang lelaki segera turun dari mobil dan menghampiri Mr. S.
Lelaki itu tampaknya mengenal baik wajah Mr. S. Lain halnya dengan Mr. S, ia begitu asing dengan wajah lelaki gagah itu. Ketika ada mobil mewah berhenti dan lelaki gagah itu menghampirinya, ia pun berfikiran bahwa lelaki itu mungkin hendak membeli gorengannya, seperti lelaki lain pada umumnya.
"Pak, ada singkong butut?" tanya lelaki tersebut. Betul saja, sang lelaki memang ingin membeli gorengan dari Mr. S, tetapi kenapa nyari yang butut? Padahal dengan penampilannya yang wow, seharusnya ia menjauhi makanan yang seharunya dibuang. "Kagak ada mas, singkong butut mah dibuang. Kenapa tidak beli yang lain saja?, Nih ada pisang sama singkong goreng," kata Mr. S kepada lelaki itu.
"Saya kangen singkong bututnya pak. Dulu bapak kan yang pernah memberi saya singkong butut. Dulu ketika saya masih kecil, dan ayah saya baru saja wafat, tidak ada yang membiayai hidup saya. Teman-teman mengejek karena saya tidak bisa jajan. Selama 4 hari saya berlalu-lalang di depan gerobak bapak ini, sampai bapak memanggil saya dan memberi sepotong singkong goreng butut yang langsung saya sambar. Saya masih ingat pak." tuturnya.
Mr. S terpengarah mendengar penjelasan pemuda itu. Segera ia memandangi wajahnya dan barulah ia ingat siapa lelaki yang ada di hadapannya. Dialah bocah yang dulu pernah meminta gorengan singkong butut kepadanya. Dulu ia begitu lusuh dan menderita. Tapi kini ia telah berubah menjadi lelaki yang sukses.
"Yang saya beri dulu kan cuma singkong butut. Kenapa kamu masih ingat sama saya?" Tanya si Mr. S penasaran. "Bapak tidak sekedar memberi saya singkong butut, tapi juga kebahagiaan." jawab si pemuda.
Sang pemuda kemudian bercerita bahwa sesaat setelah menyambar singkong itu, dia langsung memamerkan kepada teman-temannya. Ia ingin membuktikan bahwa dia masih bisa jajan. Sesuatu yang dianggap remeh, tapi baginya itu membuatnya sangat bahagia, sehingga dia berjanji suatu saat akan membalas budi baik pedagang gorengan itu.
"Saya mungkn tidak bisa membalas budi baik bapak. Tapi saya ingin memberangkatkan bapak berhaji. Semoga bapak bahagia." ujar si pemuda. Pemuda itu hampir-hampir tidak percaya. Dua puluh empat tahun silam dia membahagiakan seorang anak yatim, dan Allah pun membalas amal shalehnya itu.
Demikianlah sebuah kisah yang menakjubkan tentang sedekah. Bagaimana mungkin hanya sepotong singkong goreng yang sudah butut, tetapi diganti oleh sebuah haji yang bernilai puluhan juta rupiah, jika bukan karena kehendak Allah.
Karena itu, janganlah menganggap sepele sebuah kebaikan, meski itu sekecil apapun. Menulis hal ini aku jadi teringat Firman Allah SWT : "Barangsiapa mengerjakan kebaikan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula" [Surah az-Zalzalah : 7-8] Yang dimaksud dengan dzarrah di sini menurut Abdullah bin 'Abbas radiyallahu 'anhuma adalah Debu. Diriwayatkan dari 'Abdullah bin 'Abbas radiyallahu 'anhuma, bahawa ia berkata : "Jika engkau meletakkan tangan ke tanah kemudian engkau menghembuskannya, maka debu yang bertebaran itulah yang disebut dzarrah"
Kisah-kisah tentang sedekah memang sangat menarik untuk disimak, karena hal ini berkenaan dengan ibadah dan nilai sosial. Sedekah memang ajaib, banyak keutamaan besar yang bisa kita dapat darinya. Dari banyak keutamaan tersebut, salah satu keutamaannya adalah, sedekah bisa memberi keberkahan pada harta. Rasulullah SAW bersabda : "Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf, pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya". (HR. Muslim, no. 2588). Contoh keberkahan harta yang disedekahkan terjadi pada kisah nyata dari sedekah di bawah ini. Hanya sedekah singkong kepada anak yatim, berbuah haji 24 tahun kemudian. Bagaimana kisahnya?
Janganlah kita anggap sepele sebuah kebaikan, meskipun kecil, tapi bisa jadi bernilai besar untuk orang lain. Kebaikan yang ikhlas, meski sangat kecil, ternyata dicatat Allah dan dibalas-NYA dengan anugerah yang besar. Rasanya tak mungkin, tapi semua itu nyata terjadi. Kita pun hanya bisa mengagumi kebesaran-NYA untuk itu.
Sebut saja namanya Mr. S. Ia seorang pedagang gorengan di Jakarta. Sebagai pedagang gorengan, kita bisa menebak sendiri berapa penghasilannya. Kalaupun jualannya habis, tetap tidak akan membuatnya bisa membeli mobil, rumah, apalagi apartemen. Kecuali ia memang bisa menabung penghasilannya (berhemat) bertahun-tahun baru bisa mengumpulkannya. Dan kalaupun itu terjadi, mungkin perbandingannya 1:100.
Meski penghasilannya kecil, bagi Mr. S yang sudah mulai berjualan mulai tahun 1980an tetap menjalani profesinya itu dengan ikhlas. Sebab, bukanlah hal mudah untuk bisa bertahan hidup di perkotaan yang sangat ganas dengan gaya dan pola hidupnya. Tak pandai berusaha, bisa-bisa jadi gelandangan dan pengemis.
Suatu kali Mr. S melihat seorang bocah laki-laki mondar mandir di depan gerobaknya dengan pakaian lusuh. Wajahnya sedih dan memelas, seolah ia berharap sesuatu dari Mr. S. Namun Mr. S belum sadar, ia hanya berfikir kalau bocah laki-laki itu sama dengan lelaki kecil lainnya yang sering ia lihat.
Hingga empat hari berturut-turut, sang bocah seringkali terlihat berlalu-lalang di gerobaknya dengan keadaan yang sama ; pakaian lusuh dan wajah memelas. Hal ini pun mengundang tanya pada Mr. S.
Akhirnya, bocah yang sedari jauh kemarin hanya memandangi gerobak Mr. S itupun dipanggilnya. Hari itu Mr. S sengaja menyisakan sepotong singkong goreng butut yang biasanya tak laku dijual. Melihat ada aba-aba dari sang penjual gorengan, bocah itupun segera berlari dan menghampiri gerobak Mr. S, lalu menyambar gorengan yang diberikannya sambil mengucap, "terima kasih Bang", matanya berbinar dan senyumnya terkembang.
Dua puluh empat tahun kemudian, Mr. S masih berjualan gorengan dan mangkal di tempat biasa. Hanya saja, ia kini telah berubah menjadi tua. Bagaimana dengan bocah itu? Entahlah, apakah ia masih hidup, menjadi gelandangan dan pengemis atau malah tumbuh menjadi orang sukses?
Yang jelas, suatu ketika Mr. S kedatangan seorang lelaki gagah di tempat jualannya. Lelaki itu datang dengan sebuah mobil mewah dan berhenti persis di depan gerobaknya. Usai membuka pintu mobilnya, sang lelaki segera turun dari mobil dan menghampiri Mr. S.
Lelaki itu tampaknya mengenal baik wajah Mr. S. Lain halnya dengan Mr. S, ia begitu asing dengan wajah lelaki gagah itu. Ketika ada mobil mewah berhenti dan lelaki gagah itu menghampirinya, ia pun berfikiran bahwa lelaki itu mungkin hendak membeli gorengannya, seperti lelaki lain pada umumnya.
"Pak, ada singkong butut?" tanya lelaki tersebut. Betul saja, sang lelaki memang ingin membeli gorengan dari Mr. S, tetapi kenapa nyari yang butut? Padahal dengan penampilannya yang wow, seharusnya ia menjauhi makanan yang seharunya dibuang. "Kagak ada mas, singkong butut mah dibuang. Kenapa tidak beli yang lain saja?, Nih ada pisang sama singkong goreng," kata Mr. S kepada lelaki itu.
"Saya kangen singkong bututnya pak. Dulu bapak kan yang pernah memberi saya singkong butut. Dulu ketika saya masih kecil, dan ayah saya baru saja wafat, tidak ada yang membiayai hidup saya. Teman-teman mengejek karena saya tidak bisa jajan. Selama 4 hari saya berlalu-lalang di depan gerobak bapak ini, sampai bapak memanggil saya dan memberi sepotong singkong goreng butut yang langsung saya sambar. Saya masih ingat pak." tuturnya.
Mr. S terpengarah mendengar penjelasan pemuda itu. Segera ia memandangi wajahnya dan barulah ia ingat siapa lelaki yang ada di hadapannya. Dialah bocah yang dulu pernah meminta gorengan singkong butut kepadanya. Dulu ia begitu lusuh dan menderita. Tapi kini ia telah berubah menjadi lelaki yang sukses.
"Yang saya beri dulu kan cuma singkong butut. Kenapa kamu masih ingat sama saya?" Tanya si Mr. S penasaran. "Bapak tidak sekedar memberi saya singkong butut, tapi juga kebahagiaan." jawab si pemuda.
Sang pemuda kemudian bercerita bahwa sesaat setelah menyambar singkong itu, dia langsung memamerkan kepada teman-temannya. Ia ingin membuktikan bahwa dia masih bisa jajan. Sesuatu yang dianggap remeh, tapi baginya itu membuatnya sangat bahagia, sehingga dia berjanji suatu saat akan membalas budi baik pedagang gorengan itu.
"Saya mungkn tidak bisa membalas budi baik bapak. Tapi saya ingin memberangkatkan bapak berhaji. Semoga bapak bahagia." ujar si pemuda. Pemuda itu hampir-hampir tidak percaya. Dua puluh empat tahun silam dia membahagiakan seorang anak yatim, dan Allah pun membalas amal shalehnya itu.
Demikianlah sebuah kisah yang menakjubkan tentang sedekah. Bagaimana mungkin hanya sepotong singkong goreng yang sudah butut, tetapi diganti oleh sebuah haji yang bernilai puluhan juta rupiah, jika bukan karena kehendak Allah.
Karena itu, janganlah menganggap sepele sebuah kebaikan, meski itu sekecil apapun. Menulis hal ini aku jadi teringat Firman Allah SWT : "Barangsiapa mengerjakan kebaikan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula" [Surah az-Zalzalah : 7-8] Yang dimaksud dengan dzarrah di sini menurut Abdullah bin 'Abbas radiyallahu 'anhuma adalah Debu. Diriwayatkan dari 'Abdullah bin 'Abbas radiyallahu 'anhuma, bahawa ia berkata : "Jika engkau meletakkan tangan ke tanah kemudian engkau menghembuskannya, maka debu yang bertebaran itulah yang disebut dzarrah"
0 comments Blogger 0 Facebook
Post a Comment