Keistimewaan Sedekah Di Pagi Hari
Pemuda itu adalah pedagang asongan yang menggelar dagangannya di emperan toko
stasiun bojonggede. Potongan ala anak muda jaman sekarang yang trendy dan sebuah
anting tersemat di telinga sebelah kirinya model anak band yang digandrungi ABG. Tak
sedikitpun aku memperhatikannya sampai ketika lewat seorang pengamen buta di
depannya. Pemuda itu berdiri menghampiri dan memberikan sedekahnya dengan riang.
Sungguh aku terpesona dengan pemandangan itu. Sebuah pemandangan yang menurutku
amat kontras. Penampilan macam anak muda itu bagi sebagian besar orang termasuk aku,
biasanya jauh dari nilai-nilai religius atau etika. Tapi terlepas dari anak muda tadi
menjalankan ajaran agama yang dianutnya, bagiku apa yang dilakukan pagi itu pasti
keluar dari sebuah nilai yang tertanam dalam dirinya. Barangkali ia berpikir, memulai hari
dengan sebuah kebaikan yakni sedekah, akan mendatangkan kebaikan bagi dirinya pada
hari itu. tau bahkan ia tak berpikir apapun ketika memberikan sedekah itu. Tapi ia telah
menanamkan kebaikan pagi itu, mengajariku lebih memahami arti keikhlasan dalam
sedekah.
Aku mesti banyak belajar tentang sedekah. Terkadang, ketika akan bersedekah, kita
masih berpikir layak tidaknya orang itu diberi sedekah, atau sisa uang yang sudah
terbatas sehingga masih berhitung cukup nggak ya nanti, yang menandakan keikhlasan
dalam diri kita masih perlu dipertanyakan lagi. Mengapa masih berpikir? Padahal
Rasulullah SAW telah bersabda, ”Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah.” Dalam
hadis lain, Rasulullah juga menjelaskan, ”Setiap awal pagi, semasa terbit matahari, ada
dua malaikat menyeru kepada manusia di bumi. Yang satu menyeru, ‘Ya Tuhanku,
karuniakanlah ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya karena Allah’.Yang satu
lagi menyeru, ‘Musnahkanlah orang yang menahan hartanya’.”
Padahal Allah SWT pun telah menjanjikan, setiap sedekah yang kita niatkan dengan
ikhlas, akan diganti oleh Allah 10 kali lipat. Bukankah sedekah adalah harta kita yang
sesungguhnya, yang akan menolong kita di hari pembalasan nanti. Sementara harta kita
yang digunakan untuk kepentingan duniawi, akan musnah sebagaimana musnahnya tubuh
kita yang menyatu dengan tanah.
Jadi mengapa masih menahan sedekah?
Teman, ada suatu keistimewaan tersendiri melakukan sedekah pada waktu pagi hari, karena tiap pagi dua Malaikat turun mengawal sedekah. Satu malaikat bertugas mendoakan keberkahan harta bagi mereka yang bersedekah. Satunya lagi mendoakan kebinasaan harta bagi yang enggan bersedekah.
“Tiada sehari pun sekalian hamba memasuki suatu pagi, kecuali ada dua malaikat yang turun. Salah satu dari keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang menafkahkan hartanya’. Sementara yang lain berkata, ‘Ya Allah, berikanlah kebinasaan kepada orang yang menahan hartanya’.” (HR Bukhari dan Muslim).
Menafkahkan harta dipahami sebagai membayar zakat, infak, dan sedekah. Setidaknya, seorang Muslim wajib mengeluarkan zakat atas hartanya yang sudah mencapai nishab, juga mengeluarkan zakat penghasilan (zakat profesi) sebesar 2,5% saja dari penghasilan minimal Rp2,6 juta.
Harta itu titipan Allah Swt. Kita harus berusaha menjadikannya sebagai sarana ibadah kepada Allah, termasuk ibadah harta berupa zakat, infak, dan sedekah. Bantulah kaum dhuafa, bantulah sesama, karena kita pun membutuhkan bantuan Allah Swt.
“Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut menolong saudaranya.”
(HR Muslim). Wallahu a’lam.
Sumber:(mel/ddhongkong.org).*
(HR Muslim). Wallahu a’lam.
Sumber:(mel/ddhongkong.org).*
0 comments Blogger 0 Facebook
Post a Comment