Buah Sedekah, Aku Dilamar Tiga Pemuda Sekaligus
Memiliki banyak harta seringkali tak membuat seseorang mensyukuri dengan apa yang didapat. Justru, memiliki banyak harta membuat orang tersebut merasa kurang dan kekurangan. Aneh memang. Namun, tahukah Anda bahwa sebenarnya hal tersebut dikarenakan kurangnya bersedekah? Sebuah kisah menarik berikut ini dikirimkan oleh seorang sahabat kami yang menceritakan pengalamannya tentang keistimewaan dari
bersedekah. Semoga terinspirasi.
" Allah... hamba tak takut miskin hanya dengan bersedekah. Selagi hamba bisa, berbagi adalah mulia. "
Aku wanita berumur 30 tahun. Di usia yang cukup matang, aku belum saja berkeluarga. Padahal, pencapaian karirku bisa dikatakan luar biasa. Aku menjabat sebagai manajer di sebuah perusahaan perbankan yang cukup ternama. Masalah wajah dan penampilan, Insyaallah aku tak kurang. Dengan tubuh proporsional, kulit kuning, wajah ayu dibalut jilbab, kurasa aku pantas diperebutkan. Banyak omong kosong berucap bahwa hal yang demikian membuat para lelaki yang ingin mendekatiku menjadi minder. Tentu saja aku tak percaya. Bagaimana mungkin hal tersebut membuat para lelaki menjadi minder untuk mendekatiku. Benar-benar tak masuk akal.
Selain bekerja, aku rutin mengikuti majelis taklim yang diadakan tiap satu minggu sekali. Di sana, aku diajarkan untuk membiasakan diri agar bersedekah. Katanya, Allah akan membalas dan melipatgandakan harta yang disedekahkan dengan balasan yang berlipat-lipat. Jujur saja, aku tidak begitu mengharapkannya, karena tujuan bersedekah untukku adalah murni berbagi. Dan lagi, dengan materi yang kuperoleh dari kerja kerasku, insyaallah aku masih bisa hidup lebih dari kata sederhana.
Hingga saat itu tiba. Aku melihat sebuah masjid di daerah Malang dalam tahap pembangunan. Sebuah tulisan cukup unik membuatku turun dari mobil dan mendekati seseorang yang tengah duduk di depan masjid. Di depan masjid itu tertulis, "Masjid dijual" bayangkan saja, masjid yang bisa dikatakan adalah rumah Allah, diperjualbelikan dengan mudahnya?
Kuhampiri seorang lelaki kebapakan, kutanyakan maksud dari tulisan tersebut. Ternyata, maksud kalimat tersebut adalah 'menjual' bagian dari masjid untuk diwakafkan. Istilah singkatnya, kita 'diminta' keikhlasannya untuk bersedekah untuk pembangunan masjid tersebut. Tanpa pikir panjang, aku mengeluarkan sepuluh lembar uang seratus ribuan yang ada di dompet. Keberikan pada bapak tersebut, kutitipkan salam dan doaku, aku minta agar jodohku datang di saat yang tepat. Sebelumnya, aku sempat mendengar sebuah kalimat ustadz di majelis taklim mengucapkan bahwa bersedekah dapat mempercepat datangnya jodoh. Dan, aku ingin membuktikannya.
Bukan sulap bukan sihir. Tahukah kalian apa yang terjadi satu bulan berikutnya? Tak cukup satu orang pemuda datang ke rumah untuk melamarku, melainkan tiga pemuda sekaligus. Bayangkan, tiga pemuda tersebut tak hanya santun perangainya, tapi juga tampan. Subhanallah, terus terang saja, aku cukup kerepotan untuk memilih. Hingga akhirnya kuputuskan memilih satu di antara ketiganya yang paling terbaik.
Namanya Husein. Ia seorang pegawai swasta merangkap guru mengaji di kantornya. Setiap sore, ia memberikan waktu luang dan kesempatan bagi teman, bahkan atasannya untuk belajar mengaji padanya. Subhanallah, aku benar-benar merasakan buah sedekah. Bahwa, tak akan ada kesulitan di balik kebiasaan rutin bersedekah. Bersedekah tidak membuat miskin, tetapi justru mengayakan. Allah... aku tak takut miskin hanya dengan bersedekah. Selagi aku bisa, berbagi adalah mulia.
0 comments Blogger 0 Facebook
Post a Comment