Sedekah Terbaik, Memberikan yang Paling Dicintai -

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnyaAllah mengetahuinya” (QS. Ali ‘Imran [3]: 92)

Menafsirkan ayat di atas, berkata Hasan Basri: “Sesungguhnya kalian tidak akan bisa meraih apa yang kalian inginkan kecuali kalau kalian mampu meninggalkan sesuatu yang menyenangkan, dan kalian tidak akan mendapatkan apa yang kalian cita-citakan kecuali dengan bersabar dengan sesuatu yang kalian tidak senangi” (Al Qurtubi,Al Jami’li Ahkam Al Qur’an, Beirut, Dar Al Kutub Ilmiyah, 1417H-1996M cet.V4/86

menurut Anas bin Malik radhiallahu anhum, Abu Tolhah radhiallahu anhum adalah orang Anshor yang paling banyak memiliki pohon kurma di Madinah. Harta yang paling ia sukai adalah perkebunan Bairuha yang terletak di depan Masjid Nabawi (Al Jashos, Ahkam AlQur’an: 2/301). Nabi Muhammad SAW sering masuk ke dalamnya untuk meminum air segar di dalamnya.

Ketika ayat Ali ‘Imran [3]: 92 turun,Abu Tolhah segera datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam seraya berkata: “Sungguh harta yang paling aku cintai adalah perkebunan Bairuha’ ini, dan saya sedekahkan untuk Allah. Saya mengharapkan kebaikannya di sisi Allah, maka silahkan wahai Rasulullah engkau letakkan pada tempat yang engkau pandang sesuai.”

Jawab Rasulullah shallallahu’alaihi wasalam: “Bakhin-bakhin (bagus-bagus)…inilah harta yang membawa keuntungan, inilah harta yang membawa keuntungan, dan saya telah mendengarnya, sebaiknya engkau berikan kepada saudara-saudara kamu”.

kata “bakhin-bakhin” atau bakhi-bakhi atau bakh-bakh, biasanya diucapkan orang-orang Arab ketika kagum dan memuji suatu perbuatan (lihat An Nawai, Syarah Shohih Muslim: 4/95).

Maka berkata Abu Tolhah: “Akan saya laksanakan hal itu wahai Rasulullah.” Kemudian Abu Tolhah membagikan taman tersebut kepada sanak saudaranya (HR Bukahri, Bab Zakat Terhadap Sanak Saudara, No;1461; HR Muslim, Bab Zakat, No:42).

Tsabit bin Dahdah juga memiliki kebun yang bagus, berisi 600 batang kurma kualitas terbaik, Begitu turun firman Allah: “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang terbaik, maka Allah akan melipatgandakan pahala yang banyak” (Qs. Al-Hadid:11), dia bergegas mendatangi Rasulullah untuk bertanya: “Ya Rasululah, apakah Allah ingin meminjam dari hambanya?” “Benar” jawab Rasul. Spontan Tsabit bin Dahdah mengacungkan tangannya seraya berkata “Ulurkan tangan anda, wahai Rasulullah”.

Rasulullah mengulurkan tangannya, dan langsung disambut oleh Tsabit bin Dahdah sambil berkata “Aku menjadikan anda sebagai saksi bahwa kupinjamkan kebunku kepada Allah“.Tsabit sangat gembira dengan keputusannya itu. dalam perjalanan pulang, dia mampir ke kebunnya. Dilihatnya istri dan anak-anaknya tengah bercengkrama dibawah pepohonan yang sarat dengan buah kurma.

Dari pintu kebun, Tsabit memanggil istrinya, “Hai Ummu Dahdah! cepat keluar dari kebun ini, Akusudah meminjamkan kebun ini kepada Allah SWT” Istrinya menyambut dengan suka cita. “Engkau tidak rugi, suamiku, engkau beruntung, engkau sungguh beruntung,” katanya seraya mengeluarkan kurma yang sudah berada dalam mulut anak-anaknya. “Nak, ayo keluarkan, ayahmu sudah meminjamkan kebunini kepada Allah Ta’ala.”

Atas peristiwa tersebut Ibnu Mas’ud menceritakan bahwa Rasulullah mengabarkan “Berapa banyak pohon sarat buah yang kulihat di surga atas nama Abu Dahdah“.

Kisah lain menceritakan kedermawanan Zaid bin Haritsah. Suatu hari Zaid menemui Rasulullah dengan mengendarai kuda perangnya yang bernama “Sabal”. Semua orang tahu,kuda ini adalah harta yang paling dicintai Zaid. Kepada Nabi Muhammad SAW, Zaid berkata: “Wahai Rasulullah, sedekahkanlah kuda ini.” Tapi secara tidak disangka, Rasulullah SAW memberikan kuda sedekah tersebut kepada putera Zaid sendiri yaitu Usmah bin Zaid. Melihat hal tersebut, Zaid menegaskan: “Wahai Rasulullah, maksud saya, agar kuda tersebut disedekahkan.” “Ya,”jawab Nabi. “Sedekahmu telah diterima Allah SWT.” (Ibnu Arabi: AhkamAl Qur’an:1/368)

Contoh lain Abdullah bin Umar sangat tertarik pada hamba sahaya asal Romawi bernama Marjanah. Tapi setelah memerdekakannya ia mempersilahkan wanita cantik itu menikah dengan pria lain pilihannya.

Berkata Abdullah bin Umar:”Ketika saya teringat ayat ini (QS. Ali ‘Imran [3]: 92), saya berpikir tentang harta yang paling saya cintai dan ternyata saya dapatkan bahwa tidak ada yang paling saya cintai dari seorang budak wanita Romawai. Maka, kemudian segera saya bebaskan dia demi mencari ridha Allah. Sungguh, seandainya aku menjilat ludah sendiri, tentu budak tersebut akan aku nikahi”. (Ibnu Katsir: TafsirAl Qur’an Al Adhim: 1/506).

Jadi sedekah yang paling utama adalah menginfaqkan harta yang paling dicintainya di jalan Allah, sebagaimana diteladankan oleh para sahabat.

Berkata seorang ulama tabi’in bernama Atho: “Kalian tidak akan mendapatkan kemulian Islam dan taqwa sehingga kalian bersedekah dalam keadaan sehat, ingin hidup secara baik, dan takut miskin” (Qurtubi: Al Jami’li Akam Al Qur’an: 4/133)

Sumber : Buku “DahsyatnyaSedekah 2″ (kumpulan testimoni)

0 comments Blogger 0 Facebook

Post a Comment

 
Rahasia Sedekah © 2013. All Rights Reserved. Share on Blogger Template Free Download. Powered by Blogger
Top